Jika hatimu tak tenang melihat kezaliman maka kamu adalah saudaraku
gambar illustrasi |
Tantangan umat saat ini
sangatlah kompleks jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Seperti pernah
disampaikan oleh Din Syamsudin dalam rapat pleno Dewan Pertimbangan MUI ke 13. Ketika
itu pembahasan bertajuk “strategi perjuangan umat islam”. Pak Din menyatakan
bahwa dalam hal pembangunan dan keagamaan telah terjadi
kebijakan pembangunan infrastruktur yang sudah melenceng dari nilai-nilai
religius. Pembangunan kawasan yang dahulu begitu menjunjung tinggi nilai dan
prinsip religius kini tergerus oleh orientasi lanskap yang lebih mengedepankan
unsur hedonis. Demikian kondisi saat ini yang semakin kita rasakan, bahkan
nilai-nilai religiusitas dilingkup mahasiswa pun mengalami degradasi.
Materialistis dan hedonis menggerogoti moral dan aqidah masyarakat dalam
lingkup luas, baik masyarakat kampus maupun masyarakat pada umumnya. Tentunya
ini menjadi tugas kita sebagai seorang muballigh yang menyampaikan
nasehat, kita sebagai da’i yang mengajak kepada kebaikan dan kita
sebagai seorang ‘alim yang menentukan fatwa untuk kemaslahatan umat
berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat.
Dalam
hal pembangunan dan pemberdayaan, kebijakan yang terlihat lebih memprioritaskan
percepatan infrastruktur dibandingkan dengan penyiapan dan pembangunan
suprastruktur seperti sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang kompetitif.
Sedangkan rakyat indonesia adalah mayoritas umat islam yang tidak dilibatkan dalam
pembangunan infrastruktur. Sehingga penguasaan pembangunan infrastruktur
berakhir pada penguasaan pihak asing. Tidak hanya itu, jika situasi pembangunan
nasional terus-menerus seperti ini maka kekuatan kedaulatan politik nasional
akan hilang dikarenakan indonesia sebagai negara yang dianeksasi oleh kekuatan
asing. Ini pun semakin berlanjut dengan negara tidak dapat melindungi dan
mensejahterakan rakyatnya, padahal NKRI oleh umat islam dinobatkan sebagai
Darul ‘Ahdi wal Hadharah.
Dalam
hal perekonomian, Indonesia mengalami stagnasi ekonomi sejak tahun 1998 atau
biasa kita kenal dengan krisis moneter. Selama ini ekonomi yang dianut oleh
negara adalah ekonomi kapitalis. Sehingga sangat bergantung pada perkembangan
ekonomi dunia dan majunya ekonomi tergantung kepada dana dana hutang yang
menjerat. Adanya hubungan internasional yang kapital adalah salah satu penyebab
penurunan taraf ekonomi karena adanya transaksi hutang pembangunan
infrastruktur yang besar hingga bunga terus menanjak. Permainan ekonomi dalam dunia
internasional sangat signifikan. Adanya oknum elit yang sangat ambisius dalam
menguasai perekonomian dunia, sehingga mempengaruhi perekonomian negara secara
global terkhusus negara-negara berkembang. Ekonomi Indonesia tidak didukung oleh
ekonomi yang berintegritas dan berfikir mandiri, karena maju mundurnya ekonomi
selalu digantungkan (dependent) dengan orang-orang asing atau melalui
International Monetery Fund (IMF), termasuk ketika awal terpuruknya ekonomi.
Banyak ekonom bergelar doktor di negara Indonesi, namun sampai saat ini belum
bisa mekonstruksi perekonomian yang mensejahterakan rakyat. Karena memang
ekonomi yang dianut bukan dengan cara pemerataan tetapi dengan cara menetas
dari atas ke bawah atau tricket down effect. Selain itu, para
konglomerat yang menguasai usaha dengan memonopoli berbagai usaha, mulai dari
perbankan sampai perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan kepentingan rakyat
bayak.
Dalam
hal pendidikan, kurikulum yang berganti dan selalu direvisi belum mampu menciptakan
pendidikan Indonesia yang berkualitas. Pendidikan di Indonesia menghasilkan
manusia robot, karena pendidikan yang diberikan berat sebelah dan tidak utuh
sehingga unsur integrasi semakin hilang. Padahal belajar tidak hanya berfikir
melainkan melakukan berbagai macam kegiatan seperti mengamati, menghargai,
mengayomi dan sebagainya. Selain itu tantangan dalam pendidikan adalah sistem
pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah). Paulo Freire menyebutnya dengan
pendidikan gaya bank, yaitu sistem pendidikan yang menganggap peserta didik
adalah manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa sehingga peserta didik hanya
menampung apa saja yang disampaikan pengajar. Pendidikan dengan model tersebut
hanya siap memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap
zaman. Alhasil kurikulum sering berubah-rubah dan kehilangan arah tujuan
pendidikan. Seharusnya kurikulum bersifat tetap sesuai dengan tujuan pendidikan
pada UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3. Maka yang
diubah adalah silabus dari masing-masing sekolah sesuai kultur sosial yang ada.
Apabila peserta didik keluar dari jalan kurikulum yang tetap maka dengan
silabus itu pendidik bisa mengarahkan kembali ke jalan kurikulum tanpa harus
mengganti kurikulum. Jika kurikulum terus berubah akan menyebabkan proses
pembelajaran terganggu, karena fokus pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
akan berganti mengikuti adanya kurikulum yang baru. Selain itu, penyesuaian
proses pembelajaran yang cukup lama apabila kurikulum yang digunakan berbeda
dengan kurikulum yang baru.
Seorang
Da’i yang mengajak kepada nilai-nilai islam berusaha menghadapi
tantangan keumatan ini tentunya kembali kepada al Quran dan sunnah. Dengan
menelaah kisah-kisah yang menjadi ibrah dan teladan, sebagai
pembelajaran umat manusia seluruhnya. Negara Indonesia ini akan menjadi negara
yang maju dan berkah apabila penduduknya beriman dan menerapkan hidup islami
sesuai ketentuan-ketentuan Allah s.w.t. dan Rasul-Nya. Sesuai dengan firman-Nya,
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Artinya:
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya” (Q.S. Al A’raf: 96)
Berbekal
metode-metode dakwah kontemporer sesuai dengan ketentuan yang Rasulullah
contohkan dan seperti yang dikisahkan oleh Allah dalam al Quran tentang para Da’i
yang menghadapi para penguasa yang menindas rakyat lemah. Maka penting
menganalisis kondisi negara Indonesia ini dalam sudut pandang segala aspek
kehidupan bernegara. Semoga Allah kuatkan pundak para pengemban amanah yang
dipikul dengan kesungguhan demi mewujudkan masyarakat islami (islamic
sosiety) yaitu masyarakat yang memegang kuat ketentuan-ketentun syariat
untuk diterapkan dalam aspek kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar