Kamis, 26 Oktober 2017

Tantangan Negeri Faletehen



 Jika hatimu tak tenang melihat kezaliman maka kamu adalah saudaraku
gambar illustrasi

Tantangan umat saat ini sangatlah kompleks jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Seperti pernah disampaikan oleh Din Syamsudin dalam rapat pleno Dewan Pertimbangan MUI ke 13. Ketika itu pembahasan bertajuk “strategi perjuangan umat islam”. Pak Din menyatakan bahwa dalam hal pembangunan dan keagamaan telah terjadi kebijakan pembangunan infrastruktur yang sudah melenceng dari nilai-nilai religius. Pembangunan kawasan yang dahulu begitu menjunjung tinggi nilai dan prinsip religius kini tergerus oleh orientasi lanskap yang lebih mengedepankan unsur hedonis. Demikian kondisi saat ini yang semakin kita rasakan, bahkan nilai-nilai religiusitas dilingkup mahasiswa pun mengalami degradasi. Materialistis dan hedonis menggerogoti moral dan aqidah masyarakat dalam lingkup luas, baik masyarakat kampus maupun masyarakat pada umumnya. Tentunya ini menjadi tugas kita sebagai seorang muballigh yang menyampaikan nasehat, kita sebagai da’i yang mengajak kepada kebaikan dan kita sebagai seorang ‘alim yang menentukan fatwa untuk kemaslahatan umat berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat. 

Dalam hal pembangunan dan pemberdayaan, kebijakan yang terlihat lebih memprioritaskan percepatan infrastruktur dibandingkan dengan penyiapan dan pembangunan suprastruktur seperti sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang kompetitif. Sedangkan rakyat indonesia adalah mayoritas umat islam yang tidak dilibatkan dalam pembangunan infrastruktur. Sehingga penguasaan pembangunan infrastruktur berakhir pada penguasaan pihak asing. Tidak hanya itu, jika situasi pembangunan nasional terus-menerus seperti ini maka kekuatan kedaulatan politik nasional akan hilang dikarenakan indonesia sebagai negara yang dianeksasi oleh kekuatan asing. Ini pun semakin berlanjut dengan negara tidak dapat melindungi dan mensejahterakan rakyatnya, padahal NKRI oleh umat islam dinobatkan sebagai Darul ‘Ahdi wal Hadharah.

Dalam hal perekonomian, Indonesia mengalami stagnasi ekonomi sejak tahun 1998 atau biasa kita kenal dengan krisis moneter. Selama ini ekonomi yang dianut oleh negara adalah ekonomi kapitalis. Sehingga sangat bergantung pada perkembangan ekonomi dunia dan majunya ekonomi tergantung kepada dana dana hutang yang menjerat. Adanya hubungan internasional yang kapital adalah salah satu penyebab penurunan taraf ekonomi karena adanya transaksi hutang pembangunan infrastruktur yang besar hingga bunga terus menanjak. Permainan ekonomi dalam dunia internasional sangat signifikan. Adanya oknum elit yang sangat ambisius dalam menguasai perekonomian dunia, sehingga mempengaruhi perekonomian negara secara global terkhusus negara-negara berkembang. Ekonomi Indonesia tidak didukung oleh ekonomi yang berintegritas dan berfikir mandiri, karena maju mundurnya ekonomi selalu digantungkan (dependent) dengan orang-orang asing atau melalui International Monetery Fund (IMF), termasuk ketika awal terpuruknya ekonomi. Banyak ekonom bergelar doktor di negara Indonesi, namun sampai saat ini belum bisa mekonstruksi perekonomian yang mensejahterakan rakyat. Karena memang ekonomi yang dianut bukan dengan cara pemerataan tetapi dengan cara menetas dari atas ke bawah atau tricket down effect. Selain itu, para konglomerat yang menguasai usaha dengan memonopoli berbagai usaha, mulai dari perbankan sampai perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan kepentingan rakyat bayak.

Dalam hal pendidikan, kurikulum yang berganti dan selalu direvisi belum mampu menciptakan pendidikan Indonesia yang berkualitas. Pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia robot, karena pendidikan yang diberikan berat sebelah dan tidak utuh sehingga unsur integrasi semakin hilang. Padahal belajar tidak hanya berfikir melainkan melakukan berbagai macam kegiatan seperti mengamati, menghargai, mengayomi dan sebagainya. Selain itu tantangan dalam pendidikan adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah). Paulo Freire menyebutnya dengan pendidikan gaya bank, yaitu sistem pendidikan yang menganggap peserta didik adalah manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa sehingga peserta didik hanya menampung apa saja yang disampaikan pengajar. Pendidikan dengan model tersebut hanya siap memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zaman. Alhasil kurikulum sering berubah-rubah dan kehilangan arah tujuan pendidikan. Seharusnya kurikulum bersifat tetap sesuai dengan tujuan pendidikan pada UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3. Maka yang diubah adalah silabus dari masing-masing sekolah sesuai kultur sosial yang ada. Apabila peserta didik keluar dari jalan kurikulum yang tetap maka dengan silabus itu pendidik bisa mengarahkan kembali ke jalan kurikulum tanpa harus mengganti kurikulum. Jika kurikulum terus berubah akan menyebabkan proses pembelajaran terganggu, karena fokus pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik akan berganti mengikuti adanya kurikulum yang baru. Selain itu, penyesuaian proses pembelajaran yang cukup lama apabila kurikulum yang digunakan berbeda dengan kurikulum yang baru.

Seorang Da’i yang mengajak kepada nilai-nilai islam berusaha menghadapi tantangan keumatan ini tentunya kembali kepada al Quran dan sunnah. Dengan menelaah kisah-kisah yang menjadi ibrah dan teladan, sebagai pembelajaran umat manusia seluruhnya. Negara Indonesia ini akan menjadi negara yang maju dan berkah apabila penduduknya beriman dan menerapkan hidup islami sesuai ketentuan-ketentuan Allah s.w.t. dan Rasul-Nya. Sesuai dengan firman-Nya,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Q.S. Al A’raf: 96)

Berbekal metode-metode dakwah kontemporer sesuai dengan ketentuan yang Rasulullah contohkan dan seperti yang dikisahkan oleh Allah dalam al Quran tentang para Da’i yang menghadapi para penguasa yang menindas rakyat lemah. Maka penting menganalisis kondisi negara Indonesia ini dalam sudut pandang segala aspek kehidupan bernegara. Semoga Allah kuatkan pundak para pengemban amanah yang dipikul dengan kesungguhan demi mewujudkan masyarakat islami (islamic sosiety) yaitu masyarakat yang memegang kuat ketentuan-ketentun syariat untuk diterapkan dalam aspek kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar