Senin, 13 Maret 2017

ALTRUISTIK, Rekonstruksi Gerakan Sosial Profetik

 Oleh: Muhammad Ainul Yaqin Ahsan
(Ketua Bidang Organisasi IMM MIPA dan JPMIPA UAD) 

 kegiatan Komisariat Aksi Peduli Umat IMM MIPA dan JPMIPA



      Nilai Humanitas sebagai ideologi dasar dan pragmatis kemasyarakatan sebagai pola tujuan sosial yang sistematis. Menjalankan orientasi sosial kemasyarakatan dengan nalar intelektual serta pemahaman religiusitas yang aplikatif. Uraian diatas disebut sebagai Trilogi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Ideologi yang berbasis Al Quran dan As Sunah sebagai navigator perjuangan IMM dalam pengabdian untuk Negeri Consesus ini, Darul ‘Ahdi Wa Syahadah.
      Perjuangan IMM diranah sosial kemasyarakatan searah dengan Muhammadiyah. Perjuangan yang tertulis dalam Teologi neo- Al Maun dan Teologi Al ‘Asyr merupakan realisasi K.H. Ahmad Dahlan dalam membangun sosial masyarakat islam madani. Al Asyr (waktu) yang menjadi prioritas gerakan sosial dan Al Ma’un (manfaat) sebagai realisasi gerakan sosial. Teologi ini berorientasi dalam membangun masyarakat yang mengalami dekadensi moral dan amal, baik karena stigma para penguasa maupun para elit global yang semakin menindas masyarakat.
      Masyarakat merupakan suatu kumpulan person membentuk kelompok  sosial yang beragam dalam suatu komunitas bersifat dinamis dan bergerak. Gerakan yang dilakukan oleh masyarakat sangatlah terpengaruh pada lingkungan sekitar atau sebagian besar dari warganya, misalkan pada masyarakat petani maka dalam geraknya sesuai mekanisme alam yang tergantung pada musim. Persoalan Agraria yang menyulut api kemarahan masyarakat saat itu, lemahnya kekuatan politik menyebabkan masyarakat tidak kuasa menahan keserakahan para penguasa. Masyarakat yang selama ini merupakan suatu subjek perubahan tetapi kurang dilibatkan dalam mengambil keputusan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan. Masyarakat disini ditempatkan pada objek perubahan bukan subjek perubahan. Oleh karena itu, kemasyarakatan dalam ikatan menjadikan masyarakat sebagai pelaksana transformasi sosialnya. Kemasyarakatan sebagai person sebelum melakukan perubahan maka di perlukan adanya humanisasi dalam dirinya. Setelah menjadi kesadaran kolektif maka yang diperlukan adanya proses liberasi dalam segala macam ketertindasan. Ketertindasan (kaum mustad ‘afin) yang terjadi dalam masyarakat seperti ketidakadilan dalam ranah hukum, gender, ekonomi, politik, alam dan yang lain.

      Hal yang paling urgent dalam trilogi ini adalah merupakan suatu kesatuan integralitas yang harus dilaksanakan dan dimiliki oleh ikatan guna menciptakan transformasi yang dicita-citakan bersama. Trikompetensi ini harus tertanam dalam diri kader sehingga dapat menjadi paradigama serta gerakan yang diinginkan oleh ikatan. Sedangkan triloginya, merupakan lahan (garapan) ikatan dalam tiga tempat yakni dalam dunia kemasiswaan, kegamaan dan kemasyarakatan. Perlu adanya gerakan profetik (sesuai Al Quran dan As Sunah) seperti yang dicontohkan Rasulullah dalam membebaskan kaum Mustad ‘Afin atau kaum yang tertindas ini. Relevansi gerakan profetik sosial juga diterapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan Gerakan Al ma’un nya. Berbagai cara peduli sosial telah beliau lakukan seperti memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim dan mendirikan sekolah berbasis Intelektual Public. Kemudian perjuangan K.H. Ahmad Dahlan semakin tertanam dalam hati penggerak persyarikatan Muhammadiyah hingga menjadikan Amal Usaha sebagai Gerakan Profetik yang berkemajuan dan mencerahkan.
      Sebagai Mahasiswa yang berintegritas intelektual moral dan amal, bersikap kritis dalam kesenjangan sosial masyarakat di era kapitalisme. Sebagai pelopor masyarakat dalam perjuangan hak yang direnggut dengan paksa, hingga sebagai wakil yang menyuarakan teriakan kaum mustad ‘afin. Dengan kembali kepada gerakan profetik sosial yang mulai pudar eksistensinya, maka di mulai dengan Gerakan Altruistik (lebih mengutamakan kepentingan orang lain) sesuai dengan gerakan pembebasan kaum mustad ‘afin yang dilakukan oleh Raulullah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa salam.